Kisah-kisah Unik Tentang Orang Buna di Lamaknen, Belu, NTT

Identitas Saya

Foto saya
Atambua, Timor, Nusa Tenggara Timur, Indonesia
Hidup hanya bisa disyukuri. Banyak hal di luar jangkauan pikir saya, bukan karena Tuhan tidak percaya kekuatanku melainkan karena Tuhan mengasihi ku secara pasti. Keempat saudara/i ku telah kembali secepat itu, membuat orang menduga kematianku akan secepat itu pula. Tetapi lain dugaan manusia, Allah punya rencana tersendiri bagiku hingga saat ini. Kepadaku malah diserahkan 4 anak menggantikan kehadiran ke-4 saudara/i ku yang telah pergi....justru setelah menikah dengan Maria Ansila tanpa kehadiran ayah dan ibu kandungku. Sejak 2003 yang lalu saya bekerja di SMAK Suria Atambua sebagai guru. Dan pada Agustus 2017 mendapat tugas baru di SMAN 2 Tasifeto Timur di Sadi, Kecamatan Tasifeto Timur, Belu.

Senin, 03 Mei 2010

Terjemahan Terbalik

Istri dan anak sulung saya, Ricky, tertawa terbahak-bahak ketika mendengar putra kedua saya, Charly, berapi-api ceritera bangga bahwa ia pernah melihat “api kereta” padahal yang dimaksud “kereta api”. Sangat masuk akal jika seorang anak tanpa pengalaman sedikit pun tentang apa itu kereta api, selain hanya pernah menonton di televisi salah menyebut benda yang agak asing baginya. Dan memang juga karena anak usia balita masih sulit mengkomunikasikan banyak hal dan kata-kata secara tepat, maka salah ucap susunan frase demikian mesti dianggap lumrah.

Namun sebetulnya istri dan si sulung terbahak-bahak, karena punya pengalaman bahwa kadang orang Buna’ memang suka membolak-balikan kata-kata atau sususan kata-kata dalam kalimat, jika belum fasih benar dalam menggunakan Bahasa Indonesia.

Saya akhirnya sadar bahwa terkadang saya juga digoda perasaan malu dan was-was, jika ada orang Buna’ mendapat kesempatan bicara di depan umum. Karena ada kecendrungan membahasakan gagasannya secara terbalik, jika dibandingkan dengan susunan kalimat yang baku dalam Bahasa Indonesia.

Misalnya: Saya akan pergi ke Atambua (Bahasa Indonesia) akan diterjemahkan dengan kalimat dalam Bahasa Buna’: Neto Atambua mal gie. Sebuah terjemahan yang bakal menyulitkan orang yang baru belajar berbahasa Buna’. Sebab kalimat dalam Bahasa Buna’ di atas jika diterjemahkan persis sesuai urutan kata-kata tersebut menjadi Saya Atambua pergi akan. Sebuah rangkaian kata dengan makna yang tidak jelas.

Agar lebih jelas saya coba memberi contoh lain:
Michael menunggang kuda : Michael kura sa’e (S+O+P)
Kami makan ikan : Nei ikan gia (S+O+P)
Kuda makan rumput : Kura u a (S+O+P)
Kita makan nasi : I a a (S+O+P)
Jadi umumnya kalimat yang berpredikat kata kerja menuruti pola kalimat subyek + obyek + predikat
Berbeda dengan kalimat-kalimat berikut:
Mereka hidup baik-baik : Hala’i u loi-loi (S+P+Ket)
Suaranya merdu sekali : Giol koen porsa (S+P)
Kepalanya besar : Gubul masak (S+P)
Rambut panjang : Aru’ legul (S+P)
Kita hidup : I u (S+P)
Lain lagi dengan kalimat-kalimat berikut ini:
Dia tidur di sana : Ba’i otagene cier (S+Ket Tempat+P)
Dia datang besok : Ba’i leigie na man (S+Ket Waktu+P)
Engkau duduk di sini : Eto bareno mit (S+Ket Tempat+P)


Kosa Kata:

kura : kuda
sa’e : tunggang
nei : kami
ikan : ikan
gia : makan
u : hidup (ket), rumput (KB)
a : makan (KK), nasi (KB)
i : gigit (menggigitmu, KK sekaligus obyek pelaku II tunggal), kita
hala’i : mereka
loi-loi : baik-baik
giol : suara (suaranya, suara seseorang=pelaku III tunggal)
koen porsa : merdu sekali
gubul : kepalanya (milik pelaku III tunggal)
masak : besar
aru’ : rambut
legul : panjang
ba’i : dia (pelaku III tunggal)
otagene : di sana
cier : tidur
leigie : besok
na : partikel tambahan untuk keterangan waktu leigie (besok)
man : datang
eto : engkau (pelaku II tunggal)
bareno : di sini
mit : duduk

Pengikut